2 Okt 2013

Teknik Budidaya Kedelai (Lahan Sawah & Lahan Kering Masam)

Pendahuluan

Di lahan sawah, kedelai ditanam pada saat musim kemarau setelah panen padi. Sedangkan di lahan kering (tegalan) kedelai ditanam pada musim hujan.
Kedelai bisa tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang cukup tinggi pada lahan kering masam di wilayah Sumatera dan Kalimantan serta sebagian Jawa.


Varietas dan Benih Unggul
 
1. Varietas Unggul : gunakanlah varietas unggul nasional yang adaptif, semua varietas unggul sesuai untuk lahan sawah, dengan teknik budidaya yang tepat, hampir semua varietas unggul dapat memberikan hasil yang baik meski lahannya masam.

2. Benih : benih murni dan juga bermutu tinggi merupakan syarat terpenting dalam budidaya kedelai. Benih harus sehat dan memiliki vigoritas ± 85%, biji bernas, seragam, bersih dari kotoran; gunakan benih berlebel/bersertifikat dari penangkar benih. Hal ini untuk menjamin asal usul benih yang harus diketahui; dengan menggunakan benih sendiri, sebaiknya benih yang berasal dari pertanaman yang seragam (bukan campuran), terpelihara dengan baik; untuk menjamin tanaman tumbuh seragam, ada baiknya menggunakan benih yang masih baru atau melalui penyimpanan yang baik; untuk mencegah serangan hama lalat bibit, maka sebelum ditanam benih diberikan perlakuan yaitu dengan insektisida jenis carbosulfan, seperti: Marshal 25 ST) dengan dosis 5 – 10 gram/kg benih.

Pengolahan Tanah & Tanaman

 
1. Penyiapan Lahan : tanah bekas pertanaman padi tidak perlu diolah, namun jerami padi perlu untuk dipotong pendek; saluran drainase atau irigasi dibuat dengan kedalaman ± 25 – 30 cm dan lebar ± 20 cm setiap 3 – 4 m. Saluran ini untuk mengurangi kelebihan air bila lahan terlalu becek, dan sebagai saluran irigasi pada waktu tanaman perlu tambahan air; pada lahan yang baru pertama kali ditanami kedelai, benih perlu untuk dicampur dengan unsur Rhizobium. Bila tidak tersedia inokulan dari rhizobium (seperti Rhizoplus), maka digunakan tanah bekas pertanaman kedelai yang ditaburkan pada barisan tanaman kedelai.


2. Penanaman : benih kedelai ditanam dengan tugal ukuran 2 – 3 cm; jarak tanam: 40 x 10 – 15 cm, 2 – 3 biji/lubang; untuk menghindari hama – penyakit serta kekurangan air maka kedelai di tanam 7 hari setelah tanaman padi di panen.


3. Pemupukan : pada sawah yang subur atau bekas padi yang diberi pupuk dengan dosis tinggi, maka tidak perlu ditambahkan NPK; untuk sawah tipe tanah vertisol maka perlu diberi pupuk 50 kg urea, 50 kg SP36 dan 100 – 150 KCl/Ha. Untuk tanah entisol perlu dipupuk 50 kg urea, 50 kg SP36 dan 50 s/d 75 kg KCl/Ha; gunakan 5 s/d 10 ton pupuk kandang per Ha, agar bisa meningkatkan efesiensi pemupukan anorganik


4. Penggunaan Mulsa Jerami Padi : jerami padi 5 ton/Ha sebagai mulsa secara dihamparkan merata, ketebalan kurang dari 10 cm; mulsa bermanfaat untuk mengurangi pertumbuhan gulma, sehingga penyiangan cukup dilakukan sekali saja, yakni sebelum tanaman akan mengeluarkan bunga. Penggunaan mulsa juga dapat digunakan untuk menekan serangan lalat bibit, dan kehilangan air tanah; untuk daerah yang kurang banyak gangguan gulma, maka jerami boleh dibakar. Lakukan pembakaran jerami segera setelah kedelai ditanam tugal, lebih menyeragamkan pertumbuhan awal kedelai, dan bisa juga untuk menggantikan pupuk KCl.


5. Pengairan : tanaman kedelai sangat peka terhadap devisit air pada awal pertumbuhan, pada umur 15 s/d 21 hari, saat berbunga (25 – 35 hari), dan saat pengisian polong (55 – 70 hari). Pada fase – fase tersebut maka tanaman harus dijaga agar tidak terjadi kekeringan.

Pengendalian Hama – Penyakit
 
a) Pengendalian Hama : pengandalian hama sedapat mungkin dengan menggunakan cara budidaya, seperti dengan penggunaan varietas tahan, sanitasi (pembersihan lahan di sekitarnya dari sisa – sisa tanaman yang menjadi tempat hidup hama), pemberian mulsa, pergiliran tanaman dan tanam serempak; Pengendalian secara biologis antara lain dengan memanfaatkan musuh alami seperti: Trichogramma untuk penggerek polong Etiella spp., dan Helicoverpa armigera; Nuclear poly hidrosis virus (NPV) untuk ulat grayak Spodoptera litura (S/NPV) dan Helicoverpa armigera (Ha/NPV) untuk ulat buah, serta penggunaan feromon sex untuk ulat grayak; penggunaan pestisida dilakukan ber dasarkan hasil pemantauan, hanya di gunakan bila populasi hama telah melebihi ambang kendali. Pestisida dipilih yang terdaftar/diijinkan.
b) Pengendalian Penyakit : penyakit yang utama pada kedelai adalah karat daun Phakopspora pachyrhizi, busuk batang, serta busuk akar Schle rotium rolfsii dan berbagai penyakit yang disebabkan virus; penyakit karat daun dikendalikan dengan fungisida yang mengandung bahan aktif mankozeb; penyakit busuk batang dan busuk akar dapat dikendalikan dengan cara menggunakan spesi jamur antagonis Trichoderma harzianum; untuk penyakit virus bisa dilakukan dengan cara mengendalikan vektor nya, yaitu kutu, dengan insektisida deltametrin (seperti: Decis 2.5 EC) 1 ml/L air; nitroguanidin/imidakloprit (Confidor) dosis 1 ml/L air, waktu pengendalian 45 – 50 hst. 

Panen dan Pasca Panen

Panen dilakukan apabila 95% polong pada batang utama telah berwarna kning kecoklatan; panen dapat dimulai pada pukul 09.00 pagi, pada saat air embun sudah hilang; panen dilakukan dengan cara memotong pangkal batang dengan sabit. Hasil dari panenan ini segera dijemur beberapa hari kemudian dikupas dengan threser atau pemukul (digeblok); butir biji dipisahkan dari kotoran/sisa kulit polong dan dijemur kembali hingga kadar air biji mencapai 10 – 12% saat disimpan; untuk keperluan benih, biji kedelai perlu dikeringkan lagi hingga kadar air bisa mencapai 9 s/d 10 %, lalu disimpan dalam kantong plastik tebal atau dua lapis kantong plastik tipis.