tag:blogger.com,1999:blog-75448395324348973202024-02-08T10:38:49.523+07:00BULIR BENIH PADISEBULIR BENIH PADI (BERBAGI TAKKAN RUGI)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04704168722830628299noreply@blogger.comBlogger11125tag:blogger.com,1999:blog-7544839532434897320.post-16361454095615007862013-10-02T15:53:00.002+07:002013-10-02T19:56:07.469+07:00Teknik Budidaya Kedelai (Lahan Sawah & Lahan Kering Masam) <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHBfd6G4vg-GxGFWTJGZq5OUrcFU5KdBncvkWQdU0o4_Ipmo0tKbLWn1GGcOY2WVTZ3d-OKZm_B7ENsdh1sxgHbwePlKgS62YuIAQvhWG3zvDduoCk5NEr4Rbhr8jl-EZr5_dcNlLl6Mg/s1600/w.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHBfd6G4vg-GxGFWTJGZq5OUrcFU5KdBncvkWQdU0o4_Ipmo0tKbLWn1GGcOY2WVTZ3d-OKZm_B7ENsdh1sxgHbwePlKgS62YuIAQvhWG3zvDduoCk5NEr4Rbhr8jl-EZr5_dcNlLl6Mg/s1600/w.jpg" height="200" width="197" /></a></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b><span style="font-size: large;"><span style="font-size: small;">Pendahuluan</span></span></b></span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br />
Di lahan sawah, kedelai ditanam pada saat musim kemarau setelah panen padi.
Sedangkan di lahan kering (tegalan) kedelai ditanam pada musim hujan. </span></span></div>
<a name='more'></a><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kedelai
bisa tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang cukup tinggi pada lahan
kering masam di wilayah Sumatera dan Kalimantan serta sebagian Jawa.</span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br />
<b>Varietas dan Benih Unggul</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><b> </b><br />
1. <b><i>Varietas Unggul</i></b> : gunakanlah varietas unggul nasional yang adaptif,
semua varietas unggul sesuai untuk lahan sawah, dengan teknik budidaya yang
tepat, hampir semua varietas unggul dapat memberikan hasil yang baik meski
lahannya masam.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br />
2. <i>Benih</i> : benih murni dan juga bermutu tinggi merupakan syarat
terpenting dalam budidaya kedelai. Benih harus sehat dan memiliki vigoritas ±
85%, biji bernas, seragam, bersih dari kotoran; gunakan benih
berlebel/bersertifikat dari penangkar benih. Hal ini untuk menjamin asal usul
benih yang harus diketahui; dengan menggunakan benih sendiri, sebaiknya benih
yang berasal dari pertanaman yang seragam (bukan campuran), terpelihara dengan
baik; untuk menjamin tanaman tumbuh seragam, ada baiknya menggunakan benih yang
masih baru atau melalui penyimpanan yang baik; untuk mencegah serangan hama
lalat bibit, maka sebelum ditanam benih diberikan perlakuan yaitu dengan
insektisida jenis carbosulfan, seperti: Marshal 25 ST) dengan dosis 5 – 10
gram/kg benih.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br />
<b>Pengolahan Tanah & Tanaman</b></span></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><b> </b> <br />
1. <i>Penyiapan Lahan</i> : tanah bekas pertanaman padi tidak perlu diolah,
namun jerami padi perlu untuk dipotong pendek; saluran drainase atau irigasi
dibuat dengan kedalaman ± 25 – 30 cm dan lebar ± 20 cm setiap 3 – 4 m. Saluran
ini untuk mengurangi kelebihan air bila lahan terlalu becek, dan sebagai
saluran irigasi pada waktu tanaman perlu tambahan air; pada lahan yang baru
pertama kali ditanami kedelai, benih perlu untuk dicampur dengan unsur
Rhizobium. Bila tidak tersedia inokulan dari rhizobium (seperti Rhizoplus),
maka digunakan tanah bekas pertanaman kedelai yang ditaburkan pada barisan
tanaman kedelai.</span></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br />
2. <i>Penanaman</i> : benih kedelai ditanam dengan tugal ukuran 2 – 3 cm; jarak
tanam: 40 x 10 – 15 cm, 2 – 3 biji/lubang; untuk menghindari hama – penyakit
serta kekurangan air maka kedelai di tanam 7 hari setelah tanaman padi di
panen.</span></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br />
3. <i>Pemupukan</i> : pada sawah yang subur atau bekas padi yang diberi pupuk
dengan dosis tinggi, maka tidak perlu ditambahkan NPK; untuk sawah tipe tanah
vertisol maka perlu diberi pupuk 50 kg urea, 50 kg SP36 dan 100 – 150 KCl/Ha.
Untuk tanah entisol perlu dipupuk 50 kg urea, 50 kg SP36 dan 50 s/d 75 kg
KCl/Ha; gunakan 5 s/d 10 ton pupuk kandang per Ha, agar bisa meningkatkan
efesiensi pemupukan anorganik</span></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br />
4. <i>Penggunaan Mulsa Jerami Padi</i> : jerami padi 5 ton/Ha sebagai mulsa
secara dihamparkan merata, ketebalan kurang dari 10 cm; mulsa bermanfaat untuk
mengurangi pertumbuhan gulma, sehingga penyiangan cukup dilakukan sekali saja,
yakni sebelum tanaman akan mengeluarkan bunga. Penggunaan mulsa juga dapat digunakan
untuk menekan serangan lalat bibit, dan kehilangan air tanah; untuk daerah yang
kurang banyak gangguan gulma, maka jerami boleh dibakar. Lakukan pembakaran
jerami segera setelah kedelai ditanam tugal, lebih menyeragamkan pertumbuhan
awal kedelai, dan bisa juga untuk menggantikan pupuk KCl.</span></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br />
5. <i>Pengairan</i> : tanaman kedelai sangat peka terhadap devisit air pada
awal pertumbuhan, pada umur 15 s/d 21 hari, saat berbunga (25 – 35 hari), dan
saat pengisian polong (55 – 70 hari). Pada fase – fase tersebut maka tanaman
harus dijaga agar tidak terjadi kekeringan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><br />
<b>Pengendalian Hama – Penyakit</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;"><b> </b> <br />
a) <i>Pengendalian Hama</i> : pengandalian hama sedapat mungkin dengan
menggunakan cara budidaya, seperti dengan penggunaan varietas tahan, sanitasi
(pembersihan lahan di sekitarnya dari sisa – sisa tanaman yang menjadi tempat
hidup hama), pemberian mulsa, pergiliran tanaman dan tanam serempak;
Pengendalian secara biologis antara lain dengan memanfaatkan musuh alami
seperti: Trichogramma untuk penggerek polong Etiella spp., dan Helicoverpa
armigera; Nuclear poly hidrosis virus (NPV) untuk ulat grayak Spodoptera litura
(S/NPV) dan Helicoverpa armigera (Ha/NPV) untuk ulat buah, serta penggunaan
feromon sex untuk ulat grayak; penggunaan pestisida dilakukan ber dasarkan
hasil pemantauan, hanya di gunakan bila populasi hama telah melebihi ambang
kendali. Pestisida dipilih yang terdaftar/diijinkan. <br />
b) <i>Pengendalian Penyakit</i> : penyakit yang utama pada kedelai adalah karat
daun Phakopspora pachyrhizi, busuk batang, serta busuk akar Schle rotium
rolfsii dan berbagai penyakit yang disebabkan virus; penyakit karat daun
dikendalikan dengan fungisida yang mengandung bahan aktif mankozeb; penyakit
busuk batang dan busuk akar dapat dikendalikan dengan cara menggunakan spesi
jamur antagonis Trichoderma harzianum; untuk penyakit virus bisa dilakukan
dengan cara mengendalikan vektor nya, yaitu kutu, dengan insektisida
deltametrin (seperti: Decis 2.5 EC) 1 ml/L air; nitroguanidin/imidakloprit
(Confidor) dosis 1 ml/L air, waktu pengendalian 45 – 50 hst. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;">
<b>Panen dan Pasca Panen</b></span></span><br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;">
Panen dilakukan apabila 95% polong pada batang utama telah berwarna kning
kecoklatan; panen dapat dimulai pada pukul 09.00 pagi, pada saat air embun
sudah hilang; panen dilakukan dengan cara memotong pangkal batang dengan sabit.
Hasil dari panenan ini segera dijemur beberapa hari kemudian dikupas dengan
threser atau pemukul (digeblok); butir biji dipisahkan dari kotoran/sisa kulit
polong dan dijemur kembali hingga kadar air biji mencapai 10 – 12% saat
disimpan; untuk keperluan benih, biji kedelai perlu dikeringkan lagi hingga
kadar air bisa mencapai 9 s/d 10 %, lalu disimpan dalam kantong plastik tebal
atau dua lapis kantong plastik tipis.</span></span></div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04704168722830628299noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7544839532434897320.post-36732908448875075412013-09-07T11:48:00.001+07:002013-09-07T11:51:32.092+07:00Penyakit Busuk Akar<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGXVHsdsTLP0sWiuJmC-dZtT6KabGGi00f4ySEKISwGCIJOTRxUaJSwvmIio43fFTKds3Qt7SLJ20xpp7vw7W-A1q921CMXCyeYiILoDvmSZA-VYewd7-o9EpTxFp9dMHAoQ3lRPk_Y2I/s1600/s.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGXVHsdsTLP0sWiuJmC-dZtT6KabGGi00f4ySEKISwGCIJOTRxUaJSwvmIio43fFTKds3Qt7SLJ20xpp7vw7W-A1q921CMXCyeYiILoDvmSZA-VYewd7-o9EpTxFp9dMHAoQ3lRPk_Y2I/s1600/s.jpg" /></a></div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Penyakit busuk akar pada tanaman padi dapat disebakan oleh dua jenis mikroorganisme yaitu : <i>Erwinia chrysntemi</i> dan <em>Helminthosporium sigmoideum</em>. Adapun perbedaan gejala dari kedua penyakit ini adalah:</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="color: lime;"><b>Penyakit busuk akar yang disebabkan oleh bakteri <i>( Erwinia chrysntemi )</i></b></span></span></span> </div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Penyakit
busuk akar pada tanaman padi mempunyai gejala utama berupa daun
menguning dan coklat gelap pada anakan yang rusak. Infeksi dapat dimulai
saat tanaman masih muda. Sebagai fase awal gejala yang timbul berupa
busuknya pelepah daun dan berubah menjadi coklat. Bercak cepat menyebar
kebawah pada buku-buku dan batang. Tangkai menjadi lunak dan busuk
mengeluarkan bau yang tidak enak. </span></span></div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Pada gejala lanjut banyak
tanaman padi yang rusak sehingga seluruh tanaman rebah dan mudah
dicabut. Busuk akar biasanya ditemukan sejak fase anakan maksimum sampai
fase produksi, tetapi pada lahan sawah yang terserang banjir/ selalu
tergenang kerusakan dapat terjadi dimulai sejak tanaman lebih muda.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: lime;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<span style="color: lime;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: lime;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b>Penyakit busuk akar yang disebabkan oleh jamur <i>( Helminthosporium sigmoideum)</i></b>.</span></span></span></div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Serangan jamur <i>Helminthosporium sigmoideum</i>
dimulai dari adanya infeksi yang terjadi pada dekat permukaan air,
masuk melalui pembengkakan dan kerusakan. Gejala awal adalah adanya
bercak kehitam hitaman, gelap, bentuknya tidak teratur pada sisi luar
pelepah daun dan secara bertahap membesar. Akhirnya jamur menembus
melalui batang padi dan melemahkan batang padi dan menyebabkan menjadi
rebah.</span></span></div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Seperti pada tanaman lain penyakit akar tanaman padi juga
sulit diobati. Yang bisa kita lakukan adalah mencegahnya dengan
berbagai cara, diantaranya:</span></span></div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br />
<ol style="text-align: justify;">
<li><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Jangan terlalu berlebihan dalam menggunakan unsur Nitrogen (Urea) </span></span></li>
<li><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Atur jarak tanam agar tanama padi tidak terlalu lembab pangkal batangnya </span></span></li>
<li><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Penambahan unsur Kalium untuk menguatkan batang. </span></span></li>
<li><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Perbaiki drainase sehingga tanaman tidak selalu tergenang. </span></span></li>
<li><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Menanam varietas padi yang tahan rebah (mempunyai bentuk tanaman padi yang tidak terlalu tinggi) </span></span></li>
</ol>
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">By.Mas Pary </span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04704168722830628299noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7544839532434897320.post-23154152287163467572013-09-07T11:15:00.002+07:002013-09-07T11:23:55.693+07:00 Wereng Coklat " Waspada"<div align="justify">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6bGBWL-bVaKGmk3xzRHt-kLWuGO_TVX9ra-IpQplaY9hK0TFmOKgI6BQSE_90V9N_4FLR1VJIV5rK6bk42abcMvivZVOsojzr8fV83c8LxflJredw-d8bllJ_7_9w6GUFPL0PksyvZ0E/s1600/hama-wereng-coklat4.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6bGBWL-bVaKGmk3xzRHt-kLWuGO_TVX9ra-IpQplaY9hK0TFmOKgI6BQSE_90V9N_4FLR1VJIV5rK6bk42abcMvivZVOsojzr8fV83c8LxflJredw-d8bllJ_7_9w6GUFPL0PksyvZ0E/s1600/hama-wereng-coklat4.jpg" height="157" width="200" /></a></div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Permasalahan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan kendala utama
dalam peningkatan dan pemantapan produksi tanaman pangan. Salah satu OPT
pada tanaman adalah hama. Saat ini hama wereng batang coklat (WBC) atau
Nilaparvata lugens menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan karena
menyerang tanaman padi.</span></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br /></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Wereng batang coklat adalah salah satu hama padi yang paling berbahaya
dan merugikan, terutama di Asia Tenggara dan Asia Timur. Serangga ini
menghisap cairan tumbuhan dan sekaligus juga menyebarkan beberapa virus
(terutama reovirus) yang menyebabkan penyakit tungro.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Ledakan serangan hama wereng batang coklat (WBC) terjadi pada tahun 2010
khususnya di Jawa dan beberapa provinsi di luar Jawa. Secara langsung,
wereng coklat dapat menyebabkan hopperburn dengan aktivitas makannya
dengan cara menusuk menghisap. Secara tidak langsung, wereng coklat ini
berperan sebagai vektor virus yang menyebabkan penyakit virus kerdil
hampa (VKH) dan penyakit virus kerdil rumput (VKR).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Sampai dengan Agustus 2010 luas serangan WBC mencapai 100.000 hektar,
sedang areal yang terinfeksi virus hanya 200 hektar. Umumnya kejadian
infeksi VKH dan VKR mengikuti kejadian serangan WBC, karena merupakan
vektor yang sangat efisien dalam penularan VKH dan VKR.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Upaya untuk pengendalian wereng coklat adalah dengan pendekatan teknik
budi daya , teknik kimiawi dan secara hayati serta melakukan deteksi
dini dengan pengamatan secara rutin pada pangkal batang, maksimal 3 hari
sekali atau menggunakan lampu perangkap.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Apabila pengendalian dilakukan dengan teknik budidaya maka 1) gunakan
varietas tahan seperti Memberamo, Mekongga, Ciherang, IR74, Inpari 2,
Inpari 3, dan Inpari 6; 2) Pelihara persemaian dan tanaman muda agar
tidak terserang wereng coklat; 3) Tanam padi secara serempak dalam suatu
wilayah; 4) Gunakan pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman, dapat
menggunakan BWD (bagan warna daun) sebagai indikator kebutuhan pupuk;
dan 5) Pada saat terjadi serangan, keringkan petakan sawah untuk
memudahkan teknis pengendalian.
</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Apabila dengan teknik kimiawi maka gunakan insektisida dengan bahan
aktif fipronil, bupofresin, amidaklorid, karbofuran atau teametoksan.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Ingat penggunaan pestisida merupakan langkah terakhir jika tidak ada cara lain yang efektif.
</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Secara Hayati dapat menggunakan ekstrak nimba (Azadirachta indica) atau
dapat juga melakukan rekayasa ekologis seperti dengan menanam tanaman
bunga yang berguna untuk menarik perkembangan musuh alami WBC, hal ini
akan membantu petani untuk memahami gunanya hidup berdampingan dengan
musuh-musuh alami, baik yang tampak seperti serangga maupun yang tidak
tampak seperti mikroba.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Melakukan deteksi dini dengan menggunakan lampu perangkap, sehingga
dengan segera para petani mengetahui kehadiran wereng coklat di
pertanaman. Apabila wereng coklat telah mencapai 4 ekor/rumpun pada fase
vegetatif, serta 7 ekor/rumpun pada fase generatif (ambang ekonomi)
maka segera kendalikan dengan pestisida.
</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04704168722830628299noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7544839532434897320.post-2592164411106480052012-11-28T17:12:00.003+07:002012-11-28T17:13:04.042+07:00Deskripsi Padi Inpari 13<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiil9cgad710tnrRUJIxBLbdI3ASlJD9HRjKZKzrdiChEVNZo-0n2U_iXX_1cGpYsakVPcRhy-dJLcKy7h6BWpzwn1DutoJwpcGW56essqt76cOceOOaKAsB7wAsxtZM6DCYgCsoGuKRBI/s1600/image.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="183" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiil9cgad710tnrRUJIxBLbdI3ASlJD9HRjKZKzrdiChEVNZo-0n2U_iXX_1cGpYsakVPcRhy-dJLcKy7h6BWpzwn1DutoJwpcGW56essqt76cOceOOaKAsB7wAsxtZM6DCYgCsoGuKRBI/s200/image.jpeg" width="200" /></a></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Ditahun 2010 dan awal 2011 kemarin benar-benar
menjadi cobaan bagi petani padi Indonesia, karena mereka telah
habis-habisan mempertahankan tanaman padi mereka dari serangan hama
wereng coklat. Tidak sedikit para petani yang kalah dan mengalami puso.
Padi IR 64 yang dulu terkenal kokoh menahan serangan wereng batang
coklat ternyata sekarang tumbang juga oleh wereng yang notabene telah
memasuki biotip 3. </div>
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Oleh karena itu tak heran
kalau sekarang ini para petani Indonesia sedang mencari pahlawan
varietas padi yang bisa menanggulangi serangan wereng batang coklat.
Sampai akhirnya terdengarlah suatu varietas padi yang konon katanya
tahan terhadap hama wereng batang coklat (WBC). Tidak lain padi tersebut
adalah varietas inpari 13. </div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Kebetulan kemarin ada rekan Gerbang Pertanian yang mau berbagi pengalaman tentang inpari 13 ini. Menurut informasi
yang saya peroleh varietas inpari 13 memang tergolong genjah karena bisa
panen pada usia sekitar 95 hari (dimusim kemarau kemari). Cuma sayang
beliau belum sempat menguji ketahanan varietas inpari 13 terhadap
serangan hama wereng batang coklat karena memang dimusim kemarau kemarin
tidak ada serangan hama wereng. Tetapi inpari 13 didaerah kami belum
mampu berproduksi melebihi IR 64.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Karena
penasaran dengan inpari 13 maka <a href="http://bulirbenihpadi.blogspot.com/">Mas Isa</a> mencari informasi tentang
deskripsi padi tersebut, dan kami menemukan beberapa informasi tentang
inpari 13 di balai benih walaupun tidak lengkap betul: </div>
<ul style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<li> <div>
Inpari
13 nama varietas unggul terbaru BB Padi. Varietas ini belum banyak
diketahui oleh masyarakat luas karena baru dilepas pada akhir tahun
2009 lalu. </div>
</li>
<li> <div>
Dengan umur yang pendek (sangat genjah) sekitar 103 hari, tanaman Inpari 13 sudah dapat dipanen. </div>
</li>
<li> <div>
Varietas
yang sangat genjah ini didukung juga dengan produktivitas tanaman padi
yang tinggi dengan rata-rata hasil panen sebesar 6,59 t/ha atau setara
dengan potensi hasil 8,0 t/ha. </div>
</li>
</ul>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: medium;">Perbandingan deskripsi Inpari 13 dengan IR64 dan Ciherang</span></b></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<table border="1" cellpadding="2" cellspacing="1" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left; width: 515px;"><tbody>
<tr> <td valign="top" width="155"><div align="center">
<b><span style="color: blue; font-size: small;">Deskripsi Varietas</span></b></div>
</td> <td valign="top" width="115"><div align="center">
<b><span style="color: blue; font-size: small;">Inpari 13</span></b></div>
</td> <td valign="top" width="118"><div align="center">
<b><span style="color: blue; font-size: small;">IR64</span></b></div>
</td> <td valign="top" width="120"><div align="center">
<b><span style="color: blue; font-size: small;">Ciherang</span></b></div>
</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="155"><b>Bentuk beras</b></td> <td valign="top" width="115">Panjang dan ramping</td> <td valign="top" width="118">Panjang dan ramping</td> <td valign="top" width="120">Panjang dan ramping</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="155"><b>Bentuk tanaman</b></td> <td valign="top" width="115">Tegak</td> <td valign="top" width="118">Tegak</td> <td valign="top" width="120">Tegak</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="155"><b>Tektur nasi</b></td> <td valign="top" width="115">Pulen</td> <td valign="top" width="118">Pulen</td> <td valign="top" width="120">Pulen</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="155"><b>Kadar amilosa</b></td> <td valign="top" width="115">22,40%</td> <td valign="top" width="118">23%</td> <td valign="top" width="120">23%</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="155"><b>Rata-rata hasil</b></td> <td valign="top" width="115">6,59 t/ha</td> <td valign="top" width="118">5,0 t/ha</td> <td valign="top" width="120">6,0 t/ha</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="155"><b>Potensi hasil</b></td> <td valign="top" width="115">8,0 t/ha</td> <td valign="top" width="118">6,0 t/ha</td> <td valign="top" width="120">8,5 t/ha</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="155"><b>Umur tanaman</b></td> <td valign="top" width="115">103 hari</td> <td valign="top" width="118">110-120 hari</td> <td valign="top" width="120">116-125 hari</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="155"><b>Tinggi tanaman</b></td> <td valign="top" width="115">101 cm</td> <td valign="top" width="118">115-126 cm</td> <td valign="top" width="120">107-125 cm</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="155"><b>Jumlah anakan <br />produktif</b></td> <td valign="top" width="115">17 batang</td> <td valign="top" width="118">20-35 batang</td> <td valign="top" width="120">14-17 batang</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="155"><b>Ketahanan terhadap <br />hama wereng</b></td> <td valign="top" width="115">Tahan hama <br />
wereng biotipe 1, 2, dan 3</td> <td valign="top" width="118">Tahan hama wereng biotipe 1 dan 2</td> <td valign="top" width="120">Tahan hama wereng biotipe 2</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="155"><b>Tahun dilepas</b></td> <td valign="top" width="115">2009</td> <td valign="top" width="118">1986</td> <td valign="top" width="120">2000</td> </tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Sumber: Deskripsi varietas padi, 2010</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<b>Mutu beras Inpari 13</b> <br />
Inpari
13 memiliki tekstur nasi pulen sama seperti beras IR64 dan Ciherang.
Kadar amilosa beras Inpari 13 (22,40%) lebih rendah sedikit bila
dibandingkan dengan IR64 dan Ciherang yang memiliki kadar amilosa 24%.
Bentuk beras yang panjang dan ramping seperti beras IR64 dan Ciherang
banyak disukai oleh masyarakat Indonesia. Varietas ini juga memiliki
bentuk beras yang panjang dan ramping. Warna gabah kuning bersih dengan
kerontokan yang sedang secara tidak langsung memudahkan petani dalam
proses perontokan padi saat panen</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<b>Ketahanan Inpari 13 Terhadap Hama Wereng Cokelat</b> <br />
Dari
hasil pengujian ketahanan wereng cokelat, Inpari 13 memiliki ketahanan
wereng cokelat dengan biotipe yang lengkap bila dibandingkan dengan
varietas IR64 dan Ciherang yang hanya memiliki ketahanan 1-2 biotipe
saja. Ketahanan wereng <br />
cokelat yang dimiliki Inpari 13 adalah
ketahanan wereng cokelat biotipe 1, 2, dan 3. Selain tahan terhadap
wereng cokelat, Inpari 13 juga tahan terhadap penyakit blas. Varietas
Inpari 13 sangat cocok ditanam di lahan sawah irigasi sampai ketinggian
600 m dpl.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Demikian sekilas informasi tentang padi inpari 13, semoga bisa memberikan gambaran bagi rekan-rekan yang akan menanam padi tersebut. Tidak ada jeleknya kalau kita mencoba
menanam padi inpari 13 tersebut siapa tahu bisa kita gunakan sebagai
alternatif pengendalian hama wereng batang coklat. Terutama di
daerah-daerah yang sering terjadi serangan hama wereng coklat. Informasi
tersebut bersumber dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Jalan Raya
9, Sukamandi, Subang (41256), Jawa Barat Telp.: (0260) 520157; Faks.:
(0260) 520157 Emai: bbpadi@litbang.deptan.go.ig, Website:
bbpadi.litbang.deptan.go.id</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04704168722830628299noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7544839532434897320.post-76183906503975617992012-11-28T17:03:00.005+07:002012-11-28T17:03:53.879+07:00Tentang Kultur Jaringan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmfva0lATycaPVhD7bgo8bO-DzslxFlrL4Gn-FwGv8xbGzSHq5VBakwRdwpvL9YW2JhZno6HHy6xgctp1xewSw_PLPITMPxlXB6UpIif3h5Lb1whOsFR57j3ys3rzY56IKcMd_T9I7DB8/s1600/kultur-jaringan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmfva0lATycaPVhD7bgo8bO-DzslxFlrL4Gn-FwGv8xbGzSHq5VBakwRdwpvL9YW2JhZno6HHy6xgctp1xewSw_PLPITMPxlXB6UpIif3h5Lb1whOsFR57j3ys3rzY56IKcMd_T9I7DB8/s200/kultur-jaringan.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><b>Dasar Teori</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b>Pengertian</b></span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Kultur jaringan/Kultur In Vitro/Tissue
Culture adalah suatu teknik untuk mengisolasi, sel, protoplasma,
jaringan, dan organ dan menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang
mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik,sehingga
bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi
tanaman sempurna kembali.</span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span id="more-3054"></span></span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b>Dasar Teori Kultur Jaringan</b></span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">a. Sel dari suatu organisme multiseluler
di mana pun letaknya, sebenarnya sama dengan sel zigot karena berasal
dari satu sel tersebut (Setiap sel berasal dari satu sel).</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">b. Teori Totipotensi Sel (Total Genetic
Potential), artinya setiap sel memiliki potensi genetik seperti zigot
yaitu mampu memperbanyak diri dan berediferensiasi menjadi tanaman
lengkap.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Aplikasi Teknik Kultur Jaringan dalam Bidang Agronomi<br />
a. Perbanyakan vegetatif secara cepat (Micropropagation).<br />
b. Membersihkan bahan tanaman/bibit dari virus<br />
c. Membantu program pemuliaan tanaman (Kultur Haploid, Embryo Rescue,
Seleksi In Vitro, Variasi Somaklonal, Fusiprotoplas, Transformasi Gen
/Rekayasa Genetika Tanaman dll).<br />
d. Produksi metabolit sekunder.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Regenerasi </span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">1. Bentuk Regenerasi dalam Kultur In
Vitro : pucuk aksilar, pucuk adventif, embrio somatik, pembentukan
protocorm like bodies, dll</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">2. Eksplan<br />
Eksplan adalah bagian tanaman yang dipergunakan sebagai bahan awal untuk
perbanyakan tanaman. Faktor eksplan yang penting adalah
genotipe/varietas, umur eksplan, letak pada cabang, dan seks
(jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagi eksplan
adalah pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil,
endosperm, ovari muda, anther, embrio, dll.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">3. Media Tumbuh<br />
Di dalam media tumbuh mengandung komposisi garam anorganik, zat pengatur
tumbuh, dan bentuk fisik media. Terdapat 13 komposisi media dalam
kultur jaringan, antara lain: Murashige dan Skoog (MS), Woody Plant
Medium (WPM), Knop, Knudson-C, Anderson dll. Media yang sering digunakan
secara luas adalah MS.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Tabel 1. Komposisi media Murashige dan Skoog (MS)<br />
___________________________________________________<br />
Bahan Kimia Konsentrasi Media (mg/l)<br />
___________________________________________________<br />
1. NH4NO3 1650<br />
2. KNO3 1900<br />
3. CaCL2.2H20 440<br />
4. MgSO4.7H20 370<br />
5. KH2PO4 170<br />
6. FeSO4.7H20 27<br />
7. NaEDTA 37,3<br />
8. MnSO4.4H20 22,3<br />
9. ZnSO4.7H2O 8,6<br />
10. H3BO3 6,2<br />
11. KI 0,83<br />
12. Na2MoO4.2H20 0,25<br />
13. CuSO4.5H20 0,025<br />
14. CoCl2.6H20 0,025<br />
15. Myoinositol 100<br />
16. Niasin 0,5<br />
17. Piridoksin-HCL 0,5<br />
18. Tiamin -HCL 0,1<br />
19. Glisin 2<br />
20. Sukrosa 30.000<br />
____________________________________________________</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">4. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman<br />
Faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ZPT adalah konsentrasi,
urutan penggunaan dan periode masa induksi dalam kultur tertentu. Jenis
yang sering digunakan adalah golongan Auksin seperti Indole Aceti
Acid(IAA), Napthalene Acetic Acid (NAA), 2,4-D, CPA dan Indole Acetic
Acid (IBA). Golongan Sitokinin seperti Kinetin, Benziladenin (BA), 2I-P,
Zeatin, Thidiazuron, dan PBA. Golongan Gibberelin seperti GA3. Golongan
zat penghambat tumbuh seperti Ancymidol, Paclobutrazol, TIBA, dan CCC.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">5. Lingkungan Tumbuh<br />
Lingkungan tumbuh yang dapat mempengruhi regenerasi tanaman meliputi
temperatur, panjang penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas sinar,
dan ukuran wadah kultur.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Mikropropagasi</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Tahapan dalam Mikropropagasi Tanaman<br />
a. Tahap I : Seleksi Tanaman Induk<br />
Seleksi tanaman induk meliputi varietas dan bebas penyakit. Tahap ini
dilakukan untuk mengeliminasi kontaminan pada tanaman yang ditujukan
untuk memperoleh eksplan steril.<br />
b. Tahap II : Inisiasi<br />
Tahap ini bertujuan mendapatkan kultur aseptik dari tanaman induk yang
terseleksi (eksplan yang steril) melalui proses sterilisasi eksplan.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">c. Tahap III : Multiplikasi/Produksi Propagula<br />
Tahap ini bertujuan memperoleh organ multiplikasi yang dapat
menghasilkan tanaman baru, seperti tunas aksilar atau tunas adventif
dll. Pada tahap inilah berapapun jumlah yang ingin kita capai dilakukan
melalui beberapa kali sub kultur, seperti bagan di bawah.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">(Pucuk tanaman berukuran 0.3-0.5 cm
setelah disucihamakan dimasukkan ke dalam botol I) —> Menghasilkan 1 x
4 pucuk setelah 8 minggu —> Subkultur I (menjadi 4 kultur) —>
Menghasilkan 4 x 4 pucuk setelah 4-6 minggu —> Subkultur I (menjadi
16 kultur) —> Menghasilkan 16 x 4 pucuk setelah 4 minggu —>
Subkultur III (menjadi 64 kultur) —> Menghasilkan 64 x 4 pucuk
setelah 4 minggu —> Subkultur IV (menjadi 256 kultur) —>
Menghasilkan 256 x 4 pucuk setelah 4 minggu —> Subkultur V (menjadi
1.024 kultur)</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">d. Tahap IV : Aklimatisasi Plantlet</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Tahap ini adalah memindahkan plantlet
dari lingkungan in vitro ke ex vitro. Plantlet biasanya diaklimatisasi
di rumah kaca/plastik. Hal yang perlu diperhatikan saat aklimatisasi
plantlet adalah suhu udara, kelemabab cahaya, media aklimatisasi, dan
cahaya. Fase ini merupakan fase kritis sebelum plantlet dapat ditanama
di lapang.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Laboratorium dan Teknis Pelaksanaan</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Fasilitas yang diperlukan untuk Laboratorium Kultur Jaringan adalah :<br />
1. Ruang persiapan<br />
2. Ruang stok<br />
3. Ruang transfer<br />
4. Ruang kultur<br />
5. Areal cuci<br />
6. Areal persiapan aklimatisasi<br />
7. Rumah kaca/rumah plastik<br />
8. Nursery</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Teknis Pelaksanaan di Laboratorium</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br />
A. Pembuatan Media MS<br />
1. Siapkan 1 labu takar ukuran 1 L<br />
2. Labu takar diisi dengan air destilata sebanyak 200 ml.<br />
3. Stok dipipet sesuai dengan kebutuhan dan dimasukkan ke dalam labu takar.<br />
4. Timbang gula sebanyak 30 g dan agar-agar sebanyak 7 g.<br />
5. Gula dilarutkan dalam 200 ml air destilata dan kemudian dicampur ke dalam labu takar.<br />
6. Volume ditepatkan hingga mencapai 1 liter.<br />
7. PH larutan dengan pH meter atau kertas indikator pH. PH diusahakan 5,8-6.<br />
8. Tuangkan larutan media dalam panci enamel besar, campurkan agar-agar kemudian didihkan sambil diaduk-aduk.<br />
9. Tuangkan media dalam botol kultur setebal 1,5-2 cm.<br />
10. Tutup botol kultur dengan aluminium foil atau tutup plastik khusus yang tahan panas.<br />
11. Botol kultur disterilisasi dalam autoklaf selama 25-30 menit.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">B. Sterilisasi eksplan (Salah satu alternatif )</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">1. Bahan tanaman dimasukkan ke dalam cawan petri steril atau botol steril, tergantung dari ukuran eksplan yang digunakan.<br />
2. Ke dalam botol steril dituangkan larutan Clorox 20% sampai bahan tanaman terndam. Kemudian dibiarkan selama 7 menit.<br />
3. Sementara itu, cawan petri lain dengan air steril disiapkan.<br />
4. Setelah direndam selama 7 menit dalam Clorox 20%, bahan tanaman dibilas dalam air steril di cawan petri kedua selama 5 menit.<br />
5. Bahan tanaman dimasukkan ke dalam larutan Clorox 10% selama 10 menit kemudian dibilas dengan air steril selama 5 menit.<br />
6. Bahan tanaman direndam lagi dalam larutan Betadine 0.25% selama 3-5 menit.<br />
7. Bahan tanaman dibilas dua kali dalam air steril dengan lama
perendaman masing-masing 5 menit agar sisa-sisa Betadine pada eksplan
dapat larut.<br />
8. Bahan tanaman ditanam dalam media dengan menggunakan alat-alat yang sudah disterilkan.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">C. Penanaman<br />
1. Alat-alat dan lampu alkohol diletakkan agak di sebelah kanan. Lampu
alkohol diusahakan tidak terlalu dekat dengan wadah alkohol maupun
filter.<br />
2. Sebelum mengambil bahan tanaman, pinset dicelupkan ke dalam alkohol
95% kemudian di bakar sampai alkohol yang melekat di pinset terbakar
habis. Setelah itu didinginkan dengan cara meletakkannya di atas cawan
petri steril.<br />
3. Media tumbuh disiapkan. Tutupnya (alumunium foil) dibuka dengan
hati-hati supaya bagian dalam tutup (alumunium foil) tidak tersentuh.
Tutup tersebut diletakkan di bagian kiri tempat kerja, dalam keadaan
dalamnya menghadap ke atas ( dalam keadaan terlentang).<br />
4. Botol dipegang dengan tangan kiri dalam keadaan miring. Mulut botol
dibakar di atas api alkohol. Ketika membakar mulut botol, sebaikanya
botol diputar dengan titik tengah lingkarannya sebagai poros agar
seluruh bagian mulut botol terkena api secara merata. Pemutarannya
dilakukan dengan hati-hati secara perlahan-lahan.<br />
5. Dengan pinset steril yang sudah dingin, eksplan diambil dan dimasukkan ke dalam media.<br />
6. Sebelum ditutup, mulut botol dan bagian dalam tutupnya (jika menggunakan alumunium foil) sebaiknya dibakar dulu.<br />
7. Tutup botol dikencangkan dengan menggunakan karet gelang.<br />
8. Label ditulis kemudian ditempelkan pada tutup.<br />
Label ini berisi:<br />
- Jenis tanaman (cukup kode).<br />
- Bagian tanaman: daun, anther, pucuk, akar, dan sebagainya.<br />
- Nama media (cukup kode).<br />
- Tanggal penanaman.<br />
9. Larutan HgCl2, bekas dikumpulkan dalam sebuah wadah kemudian dibuang
di suatu tempat yang tidak akan mencemarkan sumber air minum, atau
diuapkan sehingga diperoleh garam HgCl2 kembali.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">D. Aklimatisasi<br />
1. Perakaran planlet diperiksa: apakah terbentuk dari pucuk atau kalus;
apakah sudah terbentuk bulu-bulu akar. Bulu-bulu akar lebih baik
perkembangannya di media cair.<br />
2. Planlet yang vitrous tidak akan tahan dikeluarkan dari botol, hanya
planlet yang hijau kekar yang dapat bertahan. Oleh karena itu, harus
dilakukan seleksi kultur.<br />
3. Kultur yang akan dikeluarkan diberi intensitas cahaya yang tinggi selama 1-2 minggu.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pada proses pemindahan, tindakan berikut perlu dilakukan:<br />
1. Semua agar-agar dan bekas media dari planlet dicuci bersih karena
media in vitro mengandung gula yang menarik serangga dan serangan
penyakit.<br />
2. Pada waktu pencucuian, diusahakan agar akar tidak sampai terputus.<br />
3. Setelah dicuci, agar-agar dan bekas media dari plantlet direndam dalam larutan fungisida 2 g/l selama 30 menit.<br />
4. Media tanam berupa kompos : pasir =1:1 (v/v) sebaiknya media steril/semi steril.<br />
5. Setelah plantlet ditanam dalam pot kecil atau polibag kecil, tanaman
disungkup dengan sungkup plastik. Sungkup plastik dapat secara individu
maupun untuk beberapa pot.<br />
6. Plantlet diletakkan pada tempat dengan intensitas cahaya 40-59%.<br />
7. Temperatur aklimatisasi antara 25-30 0C. Temperatur lebih dari 30 0C
dapat menyebabkan kematianplantlet. Pengaturan temperatur dapat
dilakukan dengan penyiraman air secara berkala di atas sungkup.<br />
8. Setelah 10-14 hari, sungkup dibika. Bila kelayuan plantlet masih
terjadi , sungkup harus digunakan kembali. Setelah plantlet segar,
sungkup dibuka kembali sampai akhirnya plantlet tidak perlu disungkup
lagi.<br />
9. Plantlet yang telah menunjukkan pertumbuhan dipindahkan ke nurseri
dengan intensitas cahaya yang lebih tinggi. Setelah kuat, tanaman
dipindah ke lapangan.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Semoga Sukses, </span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04704168722830628299noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7544839532434897320.post-74914959097435374492012-11-28T16:37:00.001+07:002012-11-28T16:40:06.423+07:00Menanam Cabe Rawit Merah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSkvmfE3vndz0VFAzj-w6nNqRi_3CLFmZ3RpiHagsVAR_ozUYjdkHPxKUnsBaQZXZK9n8O-hYPvmVk-WTbBToC47J8hv0Uy2p7M54ipz5cNOuwmF8tu37iPAC1p1LPd_fiSAKOQniGDzw/s1600/1203367_caberawitputihbatara.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="148" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSkvmfE3vndz0VFAzj-w6nNqRi_3CLFmZ3RpiHagsVAR_ozUYjdkHPxKUnsBaQZXZK9n8O-hYPvmVk-WTbBToC47J8hv0Uy2p7M54ipz5cNOuwmF8tu37iPAC1p1LPd_fiSAKOQniGDzw/s200/1203367_caberawitputihbatara.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<a href="http://bulirbenihpadi.blogspot.com/">Cara Menanam Cabe Rawit Merah Yang Baik</a>.
nah bagaimana sih cara dan teknik menanam cabe dengan kata lain bercocok
tanam cabe dan apa saja yang perlu diperhatikan dalam memulai usaha
mandiri tanaman cabe rawit atau cabe merah ini? nah anda bisa ikuti
beberapa tips dan teknik Cara Menanam Cabe Rawit Merah Yang
Baik dibawah.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
berikut langkah – langkah dalam menanam cabe rawit yang benar :</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<b>Menyiapkan Bibit</b></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Bibit merupakan faktor yang paling
menentukan dalam budidaya suatu tanaman. Meskipun pemeliharaan telah
dilakukan secara maksimal, tetapi tidak akan memperoleh hasil yang
optimal kalau bibit yang ditanam dari benih yang kurang baik. Untuk
memperoleh benih yang baik adalah:</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
1. Pilih buah cabe yang sehat, lebih besar dari yang lainnya dan matang sempurna.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
2. Buang bagian pangkal dan ujungnya.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
3. Sayat bagian buah yang tersisa, kemudian ambil bijinya.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
4. Jemur ditempat yang tidak terkena sinar matahari langsung selama tiga hari.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Langkah berikutnya adalah menyemai benih
yang sudah kering untuk dijadikan bibit. Kegiatan menyemai ini diawali
dengan merendam benih dengan air hangat selama kurang lebih 30 menit.
Selanjutnya benih direndam sehari semalam dalam larutan perangsang akar.
Cara membuat larutan perangsang akar dibahas pada judul lain. </div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Benih yang masih mengapung setelah sehari
semalam direndam harus dibuang, karena benih tersebut pertumbuhannya
tidak akan maksimal. Untuk benih yang tenggelam bungkus dengan kain
basah dan biarkan sehari semalam lagi. Keesokan harinya benih baru
disemaikain.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Persemaian harus disiapkan bersamaan
dengan kegiatan merendam benih. Media yang digunakan berupa tanah gembur
yang dicampur pupuk kandang yang sudah dikompos dengan Trichoderma.
dengan perbandingan sama banyak.Salah satu mikroorganisme fungsional
yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah dan biofungisida adalah jamur <i>Trichoderma</i> sp. Mikroorganisme ini adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman lapangan. Spesies <i>Trichoderma</i>
disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen
hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Beberapa spesies Trichoderma
telah dilaporkan sebagai agensia hayati seperti T. Harzianum, T.
Viridae, dan T. Konigii yang berspektrum luas pada berbagai tanaman
pertanian. Biakan jamur <i>Trichoderma</i>
dalam media aplikatif seperti dedak dapat diberikan ke areal pertanaman
dan berlaku sebagai biodekomposer, mendekomposisi limbah organik
(rontokan dedaunan dan ranting tua) menjadi kompos yang bermutu. Serta
dapat berlaku sebagai biofungisida. <i>Trichoderma</i>
sp dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur penyebab penyakit pada
tanaman antara lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia
solani, Sclerotium rolfsii, dll. <a href="http://trichoderma.produkdalamnegeri.com/" target="_blank"><i><b></b></i></a></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Masukan media persemaian ke dalam plastik
es yang diameternya 3-5 cm dan untuk tingginya cukup 6 cm saja. Basahi
media dengan larutan perangsang akar hingga lembab. Selanjutnya,
semaikan benih satu per satu. Atasnya tutup dengan media, tipis saja,
supaya benih tidak terlihat. Selama benih belum tumbuh kondisi media
harus selalu lembab dan waspada terhadap pencurian benih yang dilakukan
semut. Benih siap untuk dijadikan bibit dan dipindah tanamkan apabila
sudah memiliki empat helai daun sempurna.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<b>Persemaian Cabe</b></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<b>Media Tanam</b></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Media tanam merupakan tempat
berkembangnya akar dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Dari media tanam
ini tanaman menyerap makanan yang berupa unsur hara melalui akarnya.
Media tanam harus sudah siap paling lambat dua minggu sebelum tanam
supaya terjadi pemadatan media yang sempurna. Media yang baik untuk
digunakan terdiri dari tanah gembur atau <i>top soil</i>, trichokompos,
dan sekam padi dengan perbandingan volume sama banyak. Aduk ketiga
bahan tadi sampai tercampur rata, kemudian masukan ke pot atau<i>polybag</i> yang memiliki diameter minimal 30 cm.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Bahan-bahan di atas memiliki fungsi yang
berbeda, namun satu sama lain saling mendukung. Tanah dengan sifat
koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara dan melalui air
unsur hara dapat diserap oleh akar dengan prinsip pertukaran kation.
Sekam gunanya untuk menampung/mengikat air dalam tanah, sedangkan
trichokompos untuk menjamin tersedianya bahan penting yang akan
diuraikan menjadi hara yang diperlukan oleh tanaman.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
untuk menghemat biaya dalam gunakan pupuk kandang yang sudah dikompos dengan trichoderma. </div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<b>Penanaman</b></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Seminggu sebelum tanam, media disiram
dengan dua gelas MOL Keong Massecara merata. Sebelum disiramkan, MOL
harus dicampur air terlebih dahulu dengan dosis dua gelas MOL ditambah
seember air (kira-kira 10 liter). Begitu juga sehari sebelum tanam,
media harus disiram lagi menggunakan MOL dengan dosis yang sama, tetapi
dalam penyiraman cukup segelas saja.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Bibit yang ditanam hanya bibit yang sudah
memiliki minimal empat daun sempurna, sehat dan pertumbuhannya bagus.
Proses penanamannya adalah:</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
1. Buat lubang persis di tengah-tengah media, kira-kira lebih besar sedikit dari ukuran media bibit.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
2. Buka plastik bibit dengan cara
merobeknya. Saat merobek plastik harus berhati-hati jangan sampai
merusak media dan mengakibatkan banyak akar yang terputus.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
3. Masukan bibit ke lubang yang telah dibuat.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
4. Tutup media bibit dengan media bekas pembuatan lubang, lalu ratakan.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
5. Siram media tanam dengan air biasa sampai kebas.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Apabila cuaca panas, sebaiknya tanaman
diberi pelindung dari pelepah pisang yang ditekuk menjadi dua bagian
kemudian disungkupkan menutupi bibit menyerupai bentuk segitiga sama
kaki. Pemberian pelindung ini dimaksudkan supaya bibit yang baru ditanam
tetap segar dan tidak mengalami kelayuan.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<b>Perawatan Tanaman</b></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan tanaman adalah:</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
1. Penyiraman dilakukan secara rutin,
setiap pagi dan sore hari. Kegiatan ini tidak perlu dilakukan apabila
cuaca hujan atau tanaman dikocor dengan MOL.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
2. Mulai umur 7 hari sampai keluar bunga
tanaman dikocor menggunakan MOL Keong Mas dengan dosis dua gelas/ember
air. Setiap tanaman cukup diberi satu gelas dan diulang seminggu sekali.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
3. Sejak tanaman berbunga sampai habis
masa panen pengocoran tanaman menggunakan MOL Rebung Bambu dengan dosis
dan cara pengaplikasian sama seperti di atas. Mengenai pembuatan MOL
diuraikan di bawah.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
4. Penyemprotan menggunakan EM TANI 3 setiap lima hari sekali dengan dosis dua sdm/liter air.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
5. Perempelan daun-daun tua, bunga pertama dan seluruh tunas yang keluar dari ketiak daun di bawah percabangan pertama.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
6. Pencabutan tanaman liar atau rumput yang tumbuh di media tanam sekaligus dengan mengemburkan medianya.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
7. Jika terjadi tanda-tanda serangan hama atau penyakit, untuk menanggulanginya, lakukan dengan menyemprotkan pestisida organik.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<b>Tanaman tumbuh normal</b></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<b>MOL Rebung Bambu </b></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Terdiri dari Rebung Bambu ½ kg, Air
Cucian Beras 8 liter, Air Kelapa 2 liter, Buah-buahan Apkir 2 kg, Gula
Merah ½ kg dan EM TANI 1 ½ liter. Cara pembuatanya adalah:</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
1. Rebung dan buah-buahan diparud/diblender/ditumbuk sampai halus.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
2. Masukan kedalam ember atau drum plastik.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
3. Tambahkan gula yang sudah diiris-iris, air cucian beras, air kelapa dan EM TANI 1, lalu aduk sampai merata.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
4. Selanjutnya drum ditutup rapat.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
5. Setiap tiga hari sekali tutup dibuka
dan cairan bahan diaduk-aduk selama kurang lebih 15 menit. Gunakan
pengaduk yang bersih dan terbuat dari kayu/bambu/plastik.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
6. Setelah dua minggu cairan disaring dan larutan siap untuk digunakan.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<b>Manfaat Cabai Rawit</b></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br />
Bagian yang digunakan<br />
Seluruh bagian tumbuhan dapat digunakan sebagai tanaman obat, seperti buah, akar, daun, dan batang.<br />
Indikasi</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br />
Cabai rawit dapat digunakan untuk :<br />
1.Menambah nafsu makan<br />
2.menormalkan kembali kaki dan tangan yang lemas,<br />
3.batuk berdahak,<br />
4.melegakan rasa hidung tersumbat pada sinusitis,<br />
5.migrain.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br />
Cara Pemakaian Untuk obat yang diminum, buah cabai rawit digunakan
sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini cabai rawit dapat direbus atau
dibuat bubuk dan pil.<br />
Untuk pemakaian luar, rebus buah cabai rawit secukupnya, lalu uapnya
dipakai untuk memanasi bagian tubuh yang sakit atau giling cabai rawit
sampai halus, lalu turapkan ke bagian tubuh yang sakit, seperti rematik,
jari terasa nyeri karena kedinginan (frosbite). Gilingan daun yang
diturapkan ke tempat sakit digunakan untuk mengobati sakit perut dan
bisul.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br />
<b>CONTOH PEMAKAIAN DI MASYARAKAT</b><br />
Kaki dan tangan lemas (seperti lumpuh)<br />
Sediakan 2 bonggol akar cabai rawit, 15 pasang kaki ayam yang dipotong
sedikit di atas lutut, 60 g kacang tanah, dan 6 butir hung cao.
Bersihkan bahan-bahan tersebut dan potong-potong seperlunya. Tambahkan
air dan arak sama banyak sampai bahan-bahan tersebut terendam seluruhnya
(kira-kira 1 cm di atasnya). Selanjutnya, tim ramuan tersebut. Setelah
dingin, saring dan air saringannya diminum, sehari dua kali,
masing-masing separo dari ramuan.<br />
Sakitperut<br />
Cuci daun muda segar secukupnya, lalu giling sampai halus. Tambahkan
sedikit kapur sirih, lalu aduk sampai rata. Balurkan ramuan tersebut
pada bagian perut yang sakit.<br />
Rematik<br />
Giling 10 buah cabai rawit sampai halus. Tambahkan 1/2 sendok teh kapur
sirih dan air perasan sebuah jeruk nipis, lalu aduk sampai rata.
Balurkan ramuan tersebut pada bagian tubuh yang sakit.<br />
Frosbite<br />
Buang biji beberapa buah cabai rawit segar, lalu giling sampai halus, kemudiam balurkan ke tempat yang sakit.<br />
Catatan:<br />
Penderita penyakit saluran pencernaan, sakit tenggorokan, dan sakit mata dianjurkan untuk tidak mengonsumsi cabai rawit.<br />
Rasa pedas di lidah menimbulkan rangsangan ke otak untuk mengeluarkan
endorfin (opiat endogen) yang dapat menghilangkan rasa sakit dan
menimbulkan perasaan lebih sehat.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br />
Hasil penelitian terbaru, cabai rawit dapat mengurangi kecenderungan
terjadinya penggumpalan darah (trombosis), menurunkan kadar kolesterol
dengan cara mengurangi produksi kolesterol dan trigliserida di hati.<br />
Pada sistem reproduksi, sifat cabai rawit yang panas dapat mengurangi
rasa tegang dan sakit akibat sirkulasi darah yang buruk. Selain itu,
dengan kandungan zat antioksidan yang cukup tinggi (seperti vitamin C
dan beta karoten), cabai rawit dapat digunakan untuk mengatasi
ketidaksuburan (infertilitas), afrodisiak, dan memperlambat proses
penuaan.<br />
</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Semoga Sukses, </span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04704168722830628299noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7544839532434897320.post-71539787457977869802012-11-28T16:11:00.003+07:002012-11-28T16:20:18.554+07:00Budidaya Kambing Potong<div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEismFVIuO_14TBROVzya9FWYEtQsnIcrbasZyO5gwD_FhLsxb_1S3-TFhH3kJuwt4qbJGi0j0jY9DaTVbCkxVuJTKh1X0AXuqliHajB5KCodW-qBWNrfn5QFx6zXONsEKfH-ihMahcACnQ/s1600/supplierkambingpotongmurahdilampung.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="121" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEismFVIuO_14TBROVzya9FWYEtQsnIcrbasZyO5gwD_FhLsxb_1S3-TFhH3kJuwt4qbJGi0j0jY9DaTVbCkxVuJTKh1X0AXuqliHajB5KCodW-qBWNrfn5QFx6zXONsEKfH-ihMahcACnQ/s200/supplierkambingpotongmurahdilampung.png" width="200" /></a></span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Ternak Kambing adalah hewan ruminansia
kecil yang hidupnya membutuhkan pakan yang berasal dari hijauan seperti
rumput-rumputan, daun-daunan, sisa hasil pertanian.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Kemampuan beradaptasi yang cukup baik membuat ternak tersebut begitu
mudah berkembang hampir diseluruh wilayah Propinsi Jawa Timur. Namun
demikian keberadaan ternak kambing dalam keluarga petani belumlah
memberi penghasilan yang baik bila faktor-faktor panca usaha ternak
kambing seperti : pemilihan bibit yang baik, pemberian pakan yang
memenuhi gizi dan pencegahan terhadap penyakit belum dilaksanakan secara
maksimal.</span></div>
<a name='more'></a><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><b>Jenis Kambing</b></span> </div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">enis Kambing yang tersebar luas di wilayah Jawa Timur adalah kambing
kacang dan kambing peranakan etawah. Kedua jenis kambing tersebut sangat
cocok dipelihara di wilayah lahan kering dan sangat mudah beradaptasi
dengan lingkungan.
</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Beberapa waktu lalu telah diperkenalkan jenis kambing yang baru yaitu
kambing Boer yang merupakan jenis pedaging. Jenis ini sudah disiap
untuk diperkenalkan di masyarakat Banyuwangi dengan program inseminasi
buatan.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><b>Pemilihan Bibit kambing</b></span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Menentukan calon bibit kambing betina ataupun jantan sebagai calon bibit
untuk keperluan budidaya perlu dipenuhi kriteria antara lain : Memiliki
kemampuan pertambahan berat badan yang cepat dan konversi pakan makanan
yang baik. Memiliki sifat genetic yang baik untuk menghasilkan
keturunan kembar dalam satu kali melahirkan. Sedangkan untuk ciri
karakteristik dapat dilihat mata yang bersinar cerah, tajam, tidak cacat
tubuh, bulu halus dan mengkilat. Ciri khusus betina harus memiliki
sifat keibuan, umur kurang dari 3 tahun, putting susu berjumlah dua dan
sama besar. Sedangkan untuk pejantan memiliki sifat mengawinkan cukup
besar, buah zakar berjumlah dua dan sama besar serta umur kurang dari 3
tahun.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><b>Pakan</b></span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Ternak kambing dalam kehidupannya memerlukan pakan hijau-hijauan seperti
rumput, bungkil kedelai, daun-daunan, sisa produksi pertanian, dedak,
dan lain-lain. Komposisi masing-masing sangat tergantung pada kebutuhan
ternak, yaitu antara kambing menyusui, pemacek, dan dewasa berbeda.
Untuk kambing dewasa kebutuhan makanan 10% dari berat badannya, dimana
kebutuhannya yaitu ¾ bagian berupa rumput dan hijauan segar, ¼ bagian
terdiri dari daun-daunan. Untuk kambing pemacek kebutuhan makanan hamper
sama, akan tetapi peru ditambahkan dedak padi halus sebanyak 200-250
gram. Untuk kambing bunting menjelang melahirkan komposisi makanan untuk
hijauan lebih banyak yaitu 3/5 bagian dan 2/5 bagian daun-daunan dan
hijauan harus seimbang dan perlu ditambahkan dedak halus padi sebanyak
200-250 gram.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><b>Perkawinan</b></span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Kambing betina dewasa yang sudah siap kawin umumnya berusia antara 6-8
bulan. Tanda birahinya antara lain : Gelisah, ribut dan nafsu makan
menurun. Mencoba untuk menaiki ternak lainnya. Menggerak-gerakkan
ekornya. Bagian vulva memerah, bila diraba terasa hangat. Keluar sedikit
lendir bening kambing betina dewasa dikawinkan paling bagus berumur 10
bulan, dan jantan sebagai pemacek berumur 1 tahun. Waktu yang tepat
untuk mengawinkan kambing pada pertengahan birahi yaitu 12-18 jam sejak
birahi pertama muncul.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Selain menggunakan pejantan pemacek, dapat juga kambing betina
dikawinkan dengan menggunakan metode kawin suntik (Inseminasi Buatan).
Tujuannya adalah untuk menghasilkan keturunan yang mendapatkan
keuntungan yang lebih besar. Untuk saat ini kawin suntik (IB) kambing
dapat menggunakan jenis kambing peranakan Etawah (PE).</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><b>Kandang</b></span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pembuatan kandang diupayakan harus memiliki sirkulasi udara yang cukup
bagus dan dijaga tingkat kebersihannya. Untuk budidaya kambing, kandang
yang bagus adalah jenis panggung, karena akan memberikan kenyamanan pada
ternak dan terjaga kebersihannya.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><b>Pengolahan Usaha</b></span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pada umumnya pengelolaan usaha ternak kambing dapat dilakukan secara
tradisional maupun secara intensif. Untuk menghindari kerugian dalam
usaha, langkah pertama harus ditempuh harus membiasakan dengan
memperbaiki managemen usaha, yaitu selalu melakukan pencatatan setiap
kejadian mengenai ternaknya. Langkah selanjutnya adalah dengan melihat
pangsa pasar. Waktu penjualan ternak kambing yang bagus adalah bila
ternak telah berusia 12-18 bulan, dan berat badannya tidak bertambah
lagi.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><b>Penyakit</b></span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Salah satu hal yang penting dalam usaha ternak kambing adalah
memperhatikan kesehatan ternak. Sanitasi kandang dan lingkungan
merupakan cara termudah untuk mencegah terjadinya kejadian penyakit.
Adapun kejadian penyakit yang paling sering adalah kembung (tympani),
kudis (scabies), diare dan sebagainya. Untuk pertolongan pertama dapat
menggunakan obat-obatan tradisional dan untuk selanjutnya dapat
menghubungi petugas kesehatan terdekat.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;">Semoga Sukses... </span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04704168722830628299noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7544839532434897320.post-22313024494893253582012-11-27T06:13:00.000+07:002012-11-28T16:21:28.359+07:00BUDIDAYA DAN PRODUKSI BENIH ROSELA<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small; font-weight: bold;">I. Pendahuluan</span><br />
<span style="font-size: small;">Rosela
merupakan tanaman asli benua Afrika. Ditempat asalnya rosela diperbanyak
secara generatif melalui biji. Pucuk dan daun rosela dapat dikonsumsi
sebagai lalaban atau direbus. Kelopak bunga digunakan sebagai bahan
pewarna dalam pembuatan syrup atau selai. Kelopak bunga rosela dapat
dikeringkan dan disimpan, untuk digunakan kemudian. Selain sebagai bahan
makanan, rosela juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat.
Dalam 100 g daun rosela terkandung 85 g air, 3.3 g protein, 0.3 g
lemak, 9 g karbohidrat, 1.6 g serat, 213 mg Ca, 93 mg P, 4.8 mg Fe, 4.1
mg b-carotene, 0.17 g Vitamin B1, 0.45 mg vitamin B2, 54 mg vitamin C,
1.2 mg niacin, dengan total energi sebesar 180 kJ.</span><br />
<a name='more'></a><span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small; font-weight: bold;">II. Kultur Teknis</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br style="font-weight: bold;" /></span>
<span style="font-size: small; font-weight: bold;">Syarat tumbuh</span><br />
<span style="font-size: small;">Rosela
merupakan tanaman berhari pendek. Daerah tumbuh rosela mulai dari
daerah tropis ke subtropis, dari daerah pantai sampai pada ketinggian
900 m dpl. </span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small; font-weight: bold;">Tanam</span><br />
<span style="font-size: small;">Rosela
diperbanyak melalui biji tetapi dapat tumbuh lebih cepat melalui stek,
namun produksi kaliks akan rendah, jika diperbanyak melalui stek
Rosela dapat ditanam secara langsung atau melalui persemaian. 4-5 benih
rosella ditanam secara langsung dalam satu lubang dengan jarak antar
tanaman dalam baris 0.9-1.8 m dan antar baris 1.5-3 m. Jika melalui
persemaian terlebih dahulu, bibit rosella yang siap pindah tanam adalah
bibit yang telah memiliki 2-3 daun sejati, sekitar 30 hari setelah
semai.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small; font-weight: bold;">Pemupukan</span><br />
<span style="font-size: small;">Pada
waktu tanam pemupukan menggunakan 10-20 ton per hektar pupuk organik,
150 kg/ha SP-36, 150 kg/ha KCl, dan 100 kg/ha Urea. Pemupukan susulan
diberikan tiga dan enam minggu setelah tanam, menggunakan masing-masing
100 kg/ha Urea.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small; font-weight: bold;">Pengairan</span><br />
<span style="font-size: small;">Tanaman rosela relatif tahan kekeringan. Namun untuk hasil yang lebih baik, diberikan pengairan pada saat tidak ada hujan.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small; font-weight: bold;">Penyiangan</span><br />
<span style="font-size: small;">Penyiangan
gulma dilakukan dari sejak tanam sampai tanaman mencapai 45-60 cm,
karena pada saat itu pertumbuhan gulma akan terhambat oleh kanopi
tanaman rosela. Pada waktu penyiangan dapat dilakukan pembuangan cabang
bawah untuk meningkatkan jumlah bunga. Selain dengan penyiangan
pengendalian gulma juga dapat dilakukan dengan penggunaan mulsa plastik
hitam perak. </span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small; font-weight: bold;">Pengendalian hama dan penyakit</span><br />
<span style="font-size: small;">Hama
utama rosella adalah nematode bintil akar (Heterodera rudicicola),
sedangkan hama lainnya yang dilaporkan sering menyerang rosella adalah
Dysdercus suturellus dan Aphis gossypii. Penyakit yang sering menyerang
rosella adalah bercak daun (Cercospora hibisci) dan Phytophthora
parasitica. Hama dan penyakit ini dapat dikendalikan dengan pemeriksaan
rutin serta penyemprotan pestisida secara selektif.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small; font-weight: bold;">Panen</span><br />
<span style="font-size: small;">Untuk
panen kaliks, dilakukan 15-20 hari setelah berbunga atau 2-2.5 bulan
setelah tanam. Panen kaliks dapat dilakukan secara terus menerus sampai
umur tanaman mencapai 7-8 bulan.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small; font-weight: bold;">III. Produksi Benih </span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br style="font-weight: bold;" /></span>
<span style="font-size: small; font-weight: bold;">Budidaya produksi benih</span><br />
<span style="font-size: small;">Budidaya
untuk produksi benih rosella hampir sama seperti budidaya konsumsi,
kecuali ada perlakuan isolasi jarak dan seleksi (roguing) untuk menjaga
kemurnian genetik benih yang dihasilkan. Tanaman rosella termasuk
tanaman yang menyerbuk sendiri (self pollinated). Isolasi jarak yang
digunakan sekitar 500m. Seleksi tanaman dilakukan pada fase pertumbuhan
vegetatif, fase berbunga dan fase berbuah, meliputi : keseragaman
pertumbuhan, bentuk daun, warna bunga, bentuk buah dan
lain-lain. </span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small; font-weight: bold;">Waktu panen untuk benih</span><br />
<span style="font-size: small;">Waktu
pemanenan benih rosella sekitar 130 hari setelah semai, ditandai buah
yang telah berwarna coklat-kering, serta biji di dalamnya telah berwarna
coklat. Buah rosella dipanen dengan cara dipotong, untuk selanjutnya
dikeringkan. </span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small; font-weight: bold;">Pengeringan buah </span><br />
<span style="font-size: small;">Buah
rosella dikeringkan di bawah sinar matahari selama ± 3 hari sambil
dibalik supaya pengeringan berlangsung secara merata. Setelah dirasa
cukup kering, maka dapat dilakukan prosesing benih.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small; font-weight: bold;">Prosesing benih </span><br />
<span style="font-size: small;">Prosesing
benih dilakukan dengan cara membuka buah yang telah kering dan
mengeluarkan biji yang ada didalamnya. Setelah biji dibersihkan dari
kotoran benih, maka segera dikemas. Hasil produksi benih biji rosella
rata-rata sekitar 40 - 50 g biji per tanaman.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small; font-weight: bold;">Pengemasan benih</span><br />
<span style="font-size: small;">Benih
atau biji rosella dapat dikemas dalam kemasan kertas, namun akan lebih
baik lagi jika menggunakan kemasan alumunium foil, karena sifatnya yang
kedap udara. Jika memungkinkan udara yang ada dalam kemasan alumunium
foil juga dikeluarkan dengan menggunakan alat penghisap (vacuum),
sehingga kadar air benih awal dapat dipertahankan. Kadar air benih
rosella ketika akan dikemas sebaiknya sekitar 5.0 – 8.0 %.</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small; font-weight: bold;">Penyimpanan benih </span><span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;">Benih
yang dikemas dalam kemasan kertas harus disimpan dalam stoples kaca
yang telah diberi bahan desikan, seperti : silika gel; arang; abu gosok,
sehingga udara didalam stoples diharapkan tetap kering dan dapat
mempertahankan kadar air benih awal. Untuk benih yang dikemas dalam
kemasan alumunium foil sebaiknya juga disimpan dalam wadah stoples yang
tertutup. Selanjutnya stoples disimpan di tempat yang kering dan sejuk.
Jika memungkinkan dapat disimpan dalam gudang benih yang suhu dan
kelembabannya dapat diatur (t = 18<sup>o</sup> C; RH = 30% ).</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04704168722830628299noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7544839532434897320.post-59444896953241898772012-11-22T06:03:00.000+07:002012-11-28T16:22:16.912+07:00<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<b>LAHAN PEMBIBITAN</b> </div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<b>Lahan Persemaian</b>. Lahan pembibitan bisa juga disebut
lahan persemaian. Dengan lahan persemaian yang baik dan benar maka akan
dihasilkan bibit padi yang sehat dan besar. Kemudian memperhatikan
jumlah benih yang akan di sebar per meter persegi. Maka bibit padi umur
15 hss akan diperoleh bibit yang siap tanam.<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<b>Luas Lahan Persemaian</b>. Berdasarkan rekomendasi yang
dianjurkan luas lahan persemaian adalah 4 % dari luas lahan yang akan
ditanam. Misalkan ada petani yang punya lahan 1 Ha maka luas lahan
perrsemaiannya sekitar 4 % dari 10.000 m2 adalah 400 m2. atau 1/25
bagian lahan yang akan kita garap.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Bila petani punya sawah 2.000 m2 maka butuh 80 m2 buat lahan
persemaiannya. Kenapa? Dengan cara ini akan hemat benih dan bibit padi
cepat tumbuh subur dan besar</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<b>Arah Tempat Pemsemaian</b>. Diusahakan dalam membuat
petak persemaian melihat arah matahari. Dibuat sejalan dengan terbut dan
tenggelamnya matahari. Artinya menghadap arah Timur dan Barat.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<b>Perhatikan Lebar Petak Persemaian</b>. Ini yang penting.
Indikasi keberhasilan petani sawah adalah melihat petak persemaiannya.
Bila petani menggunakan lebar petak persemaian antara 1,2 – 1,5 m maka
petani tsb sudah mengerti cara buat petak persemaian.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Hindari, Jangan sampai ada petani yang membuat petak persemaian seperti lapangan bola mini. Panjang bisa 10 m x lebar 5-7 meter.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<b>Berapa banyak Benih yang disebar</b>. Untuk ukuran standar, sebar benih sebanyak 1-1,5 genggaman insan (orang) dewasa per meter persegi.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<b> Pupuk Untuk Lahan Persemaian</b>. Dengan lahan sekitar
400 m2/ha maka diperlukan Pupuk Kandang sebanyak 100-200 kg, tambahkan
sekam padi beberapa karung atau abu dari pembakaran sekam. Berikan pupuk
NPK sebanyak 10 g/m2. Atau 4 kg/ 400 m2. Atau bisa juga memberikan
pupuk ZA dengan dosis yang sama.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Sebagai tambahan, sebaiknya berikan POC hayati di lahan persemaian.
Sebab dengan adanya bakteri-bakteri yang menguntungkan seperti bakteri
pengikat nitrogen, pelarut pospat, dll akan menjaga keseimbangan baktri
di dalam tanah. Degan demikian, akan mencegah penyakit tertentu terutama
penyakuit kresek pada tanaman padi.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<b>Umur Bibir Persemaian</b>. Secara umum tanam bibit padi
dalam umur 15- 20 hss. Tapi pendapat saya, umur persemaian padi
disesuaikan dengan umur tanaman padi. Bila varietas padi umur 103 hari
seperti Inpari 13 atau 102 hari seperti Inpari 19 maka sebaiknya
ditanam ketika bibit padi berumur di bawah 15 hss.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Bila umur padi berumur sekitar 108-116 hari seperti Inpari 10 dan
varietas yg seumur maka bibit padi berumur di bawah 18 hss. Untuk
Ciherang, yang berumur 115-125 hari sebaiknya umur bibit ditanam di
bawah 20 hss.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
Prinsip Pindah Tanam : Pindah tanam tanaman padi sama dengan prinsip
wanita, semakin kawin muda semakin banyak anak. Demikian pula bibit
padi, ditanam di bawah umur 15 – 20 hss maka akan banyak jumlah
anakannya.</div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<b>Sebelum Pindah Tanam</b>. Sebaiknya sebelum 2-3 hr
sebelum bibit pindah tanam disemprot insektisida alami atau insektisida
kimia ( spontan, regant, hipolag, culbix, dll). Hal ini untuk
menghindari adanya telur atau hama yang menempel pada lahan persemaian.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04704168722830628299noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7544839532434897320.post-50911527545829125152012-11-20T06:29:00.000+07:002012-11-20T07:02:01.377+07:00<b>BENIH</b> <b>UNGGUL</b><br />
<br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]-->
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>Klasifikasi Benih Unggul Di Indonesia</b>.
Secara umum <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">klasifikasi
(pembagian) benih padi </span> unggul di Indonesia adalah 4 macam :
Benih Penjenis ( Label Putih), Benih Dasar ( Label Kuning), Benih Pokok (Label
Ungu) dan Benih Sebar (Label Biru).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Buat perbandingan</b> : Ada petani
yang menggunakan benih IR64 dalam 1 kotak sawah dapat hasil 12 karung
GKG. Tetapi sewaktu menggunakan Benih Unggul Terbaru Jenis Inpari 10
mendapatkan hasil ditempat yang sama sekitar 16 karung GKG.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kenapa? sebab benih IR64 dikeluarkan sejaka tahun
1986 ( sudah 26 tahun). Sedangkan Inpari 10 pada tahun 2009 (baru 3 tahun).</div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya semakin petani menggunakan <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">benih unggul
terbaru semakin baik sebab umur padi semakin pendek dan hasilnya semakin
banyak. </span> Penggunaan benih terbaru pun berguna untuk memotong
siklus hama dan penyakit padi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Buat Ilustrasi</b> : Cara hemat
memakai benih. Petani A punya sawah 2.000 m2, dia pakai benih 10 kg, sedang
petani B luas sawah 5000 m2 cukup pakai benih 10 kg.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kenapa petani B dengan sawah luas 5.000 m2 ,
benih 10 kg cukup untuk pembibitan ( 20 kg/ha). Sedangkan petani A dengan
luas 2.000 m2 sering memakai benih 10 kg ( 50 kg/ha). Jelaskan dari
keduanya mana yang efesien dan ekonomis? Bila para petani bisa menghemat
benih sampai 10-20 kg/ha maka berapa banyak dana petani yang dapat dihemat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Beda Benih dengan Bibit</b>.
Beri pemahaman kepada petani apa beda benih dengan bibit? Setelah itu jelaskan <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">ciri-ciri
benih unggul dan juga ciri-ciri bibit unggu</span>l.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Rekomendasi Benih/Ha</b> . Untuk
benih padi kebutuhan normal atau rekomendasi adalah sekitar 25 kg/ha. Bila ada
petani yang memakai benih di bawah 25 kg/ha berarti sudah sesuai anjuran. Tapi,
bila di atas 25 kg/ha berarti para petani perlu dibimbing kembali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Cara Menghitung Kebutuhan Benih</b>.
Untuk menghitung kebutuhan benih padi per hektar ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan. Faktor-faktor tersebut adalah jarak tanam, berat 1000
butir, jumlah bibit/tancep. Setelah itu dikurangi daya tumbuh dan hama yang
biasa menyerang bibit padi. Silahkan baca <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Cara
menghitung Kebutuhan benih</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7544839532434897320">.</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Cara
Mendapatkan Benih</span></b><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7544839532434897320">. </a>Untuk mendapatkan benih unggul kembali
petani diharapkan bisa melakukannya sendiri. Sebelum panen, sebaiknya petani
melakukan 2 kali panen. Panen pertama adalah panen buat benih yang akan ditanam
pada musim berikutnya. Cari benih yang bagus dan jarak dari pematang min 2
meter. Kebutuhannya disesuaikan dengan luas lahan yang akan digarap. Baru
setelah itu, petani panen semuanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan yang lebih bagus adalah petani dapat
melakukan persilangan sendiri. Artinya petani dapat menjadi <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">seorang
pemulia padi</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7544839532434897320">.</a> Di beberapa daerah tertentu ada petani yang sekaligus
seorang pemulia tanaman. Hasil panen yang didapat dari petani pemulia sungguh
luar biasa. Dan juga <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">kisah Pak
Warsiyah seorang pemulia padi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Menguji Daya Tumbuh Padi</b>. Untuk
melakukana ini caranya sangat sederhana. Ambil sekitar 100 butir padi. Rendam
selama 24 jam. Tiriskan. Setelah itu taro di piring yang di atsnya ada kertas
tissu. Beri air sedikit dengan cara diperciki. Setelah 2-3 hari lihat dan
hitung. Berapa % yang tumbuh. Bila dibawah 80 % berarti benih tsb daya tumbuhnya
kurang baik. Benih yang baik daya tumbuh di atas 90 %.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Perlakuan Benih</b>. Untuk
memperoleh benih yang baik dapat dilakukan dengan merendam pada air larutan
garam 2 – 3 %. Bisa juga pake larutan ZA dengan perbandingan 20 gram ZA/liter
air. Tapi yang ada juga yang menggunakan garam, setelah diberi garam dengan
jumlah tertentu telur yang semula berada di dasar air akan terangkat ke
permukaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Benih yang digunakan hanya benih yang tenggelam
dan yang mengapung dibuang. Setelah diangkat benih perlu dibilas dengan air
agar garam yang menempel di benih dapat tercuci.</div>
<div style="text-align: justify;">
Benih yang baik untuk dijadikan bibit adalah
benih yang tenggelam dalam larutan tersebut. Diamkan beberapa saat, kemudian
tiriskan. Benih dicuci kembali sampai bersih.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya rendam selama 1 hari. Rendam dengan
air bersih. Atau perendaman bisa dilakukan dengan menggunakan POC (Pupuk
Organik Cair) yang mengandung ZPT dan mikroba yang menguntungkan seperti :
M-BIO, MA-11 ( MICROBACHTER ALFAAFA), NASA, dll.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah direndam, benih tsb tiriskan kembali,
benih tsb dimasukan ke dalam karung selama 1-2 hari ( sebagai patokan : mulai
keluar titik tumbuh gabah ). Bila demikian benih siap untuk disebarkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Varietas Unggul Benih Padi</b>.
Berikan pemahaman tentang Varietas Unggul Benih padi yang telah dikeluarkan
Kementan. Jelaskan manfaat benih unggul dalam hal produksi. Adapun VUB
tersebut adalah : IR64, Ciherang, Sintanur, Cibogo, Cileulis, Fatmawati, Inpari
1-13, Inpara, Hipa, Situpatenggang, Inpari 14-20, dll.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan dari Varietas Unggul Benih dari BATAN :
Cilosari, Diahsuci, Bestari, Inpari Sidenuk, Pandan Putri dll. Selengkapnya
bisa baca <a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7544839532434897320" title="JENIS-JENIS PADI YANG BANYAK DITANAM PETANI"><span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Jenis-jenis padi yang banyak ditanam
di Indonesia</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04704168722830628299noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7544839532434897320.post-76705658134178088652012-11-17T07:12:00.001+07:002012-11-28T16:22:46.273+07:00<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><tbody>
<tr><td width="171"><b>DESKRIPSI</b><br />
<b><br /></b>
</td><td width="482"><b>INPAGO UNRAM 1</b><br />
<b><br /></b>
</td></tr>
<tr><td valign="top" width="171"><b>Umur Tanaman</b></td><td valign="top" width="482">± 108 hari</td></tr>
<tr><td valign="top" width="171"><b>Tinggi Tanaman</b></td><td valign="top" width="482">± 95 cm</td></tr>
<tr><td valign="top" width="171"><b>Anakan Produktif</b></td><td valign="top" width="482">± 15 batang</td></tr>
<tr><td valign="top" width="171"><b>Kerontokan</b></td><td valign="top" width="482">Tahan<br />
<a name='more'></a></td></tr>
<tr><td valign="top" width="171"><b>Kerebahan</b></td><td valign="top" width="482">Sedang</td></tr>
<tr><td valign="top" width="171"><b>Tekstur Nasi</b></td><td valign="top" width="482">Pulen</td></tr>
<tr><td valign="top" width="171"><b>Kadar Amilosa</b></td><td valign="bottom" width="482">± 22%</td></tr>
<tr><td valign="top" width="171"><b>Indeks Glikemik</b></td><td valign="bottom" width="482"><br /></td></tr>
<tr><td valign="top" width="171"><b>Rata-rata Hasil</b></td><td valign="top" width="482">4,4 ton/ha GKG</td></tr>
<tr><td valign="top" width="171"><b>Potensi Hasil</b></td><td valign="top" width="482">7,6 ton/ha GKG</td></tr>
<tr><td valign="top" width="171"><b>Ketahanan terhadap:</b></td><td valign="bottom" width="482"><br /></td></tr>
<tr><td valign="top" width="171"><b>Hama</b></td><td valign="top" width="482">Agak rentan terhadap wereng batang cokelat biotipe 2 dan 3<br />
<br /></td></tr>
<tr><td valign="top" width="171"><b>Penyakit</b></td><td valign="top" width="482">Tahan terhadap blas ras 033 dan ras 133, agak tahan penyakit blas ras 073 dan 173<br />
<br /></td></tr>
<tr><td valign="top" width="171"><b>Cekaman Abiotik</b></td><td valign="top" width="482">Agak rentan terhadap kekeringan, agak tahan terhadap keracunan Alumunium, toleran sampai sedang tehadap keracunan besi (Fe)<br />
<br /></td></tr>
<tr><td valign="top" width="171"><b>Anjuran Tanam</b></td><td valign="top" width="482">Baik ditanam dilahan kering datarn rendah sampai sedang < 700 m dpl</td></tr>
<tr><td valign="top" width="171"><b>Sifat Khusus Lainnya</b></td><td valign="bottom" width="482"><br /></td></tr>
<tr><td valign="top" width="171"><b>Pemulia</b></td><td valign="top" width="482">I.N.Kantun<br />
<br /></td></tr>
<tr><td valign="top" width="171"><b>Tim Peneliti</b></td><td valign="top" width="482">Aris Hairmanis, Suwarno, Aan A.D, Supartopo, Anggiani Nasution, S.Dewi Indrasari<br />
<br /></td></tr>
<tr><td valign="top" width="171"><b>Teknisi</b></td><td valign="top" width="482">Sri<br />
<br /></td></tr>
<tr><td valign="top" width="171"><b>Dilepas tahun</b></td><td valign="top" width="482">2011</td></tr>
</tbody></table>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04704168722830628299noreply@blogger.com