I. Pendahuluan
Rosela merupakan tanaman asli benua Afrika. Ditempat asalnya rosela diperbanyak secara generatif melalui biji. Pucuk dan daun rosela dapat dikonsumsi sebagai lalaban atau direbus. Kelopak bunga digunakan sebagai bahan pewarna dalam pembuatan syrup atau selai. Kelopak bunga rosela dapat dikeringkan dan disimpan, untuk digunakan kemudian. Selain sebagai bahan makanan, rosela juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat. Dalam 100 g daun rosela terkandung 85 g air, 3.3 g protein, 0.3 g lemak, 9 g karbohidrat, 1.6 g serat, 213 mg Ca, 93 mg P, 4.8 mg Fe, 4.1 mg b-carotene, 0.17 g Vitamin B1, 0.45 mg vitamin B2, 54 mg vitamin C, 1.2 mg niacin, dengan total energi sebesar 180 kJ.
II. Kultur Teknis
Rosela merupakan tanaman asli benua Afrika. Ditempat asalnya rosela diperbanyak secara generatif melalui biji. Pucuk dan daun rosela dapat dikonsumsi sebagai lalaban atau direbus. Kelopak bunga digunakan sebagai bahan pewarna dalam pembuatan syrup atau selai. Kelopak bunga rosela dapat dikeringkan dan disimpan, untuk digunakan kemudian. Selain sebagai bahan makanan, rosela juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat. Dalam 100 g daun rosela terkandung 85 g air, 3.3 g protein, 0.3 g lemak, 9 g karbohidrat, 1.6 g serat, 213 mg Ca, 93 mg P, 4.8 mg Fe, 4.1 mg b-carotene, 0.17 g Vitamin B1, 0.45 mg vitamin B2, 54 mg vitamin C, 1.2 mg niacin, dengan total energi sebesar 180 kJ.
II. Kultur Teknis
Syarat tumbuh
Rosela merupakan tanaman berhari pendek. Daerah tumbuh rosela mulai dari daerah tropis ke subtropis, dari daerah pantai sampai pada ketinggian 900 m dpl.
Tanam
Rosela diperbanyak melalui biji tetapi dapat tumbuh lebih cepat melalui stek, namun produksi kaliks akan rendah, jika diperbanyak melalui stek Rosela dapat ditanam secara langsung atau melalui persemaian. 4-5 benih rosella ditanam secara langsung dalam satu lubang dengan jarak antar tanaman dalam baris 0.9-1.8 m dan antar baris 1.5-3 m. Jika melalui persemaian terlebih dahulu, bibit rosella yang siap pindah tanam adalah bibit yang telah memiliki 2-3 daun sejati, sekitar 30 hari setelah semai.
Pemupukan
Pada waktu tanam pemupukan menggunakan 10-20 ton per hektar pupuk organik, 150 kg/ha SP-36, 150 kg/ha KCl, dan 100 kg/ha Urea. Pemupukan susulan diberikan tiga dan enam minggu setelah tanam, menggunakan masing-masing 100 kg/ha Urea.
Pengairan
Tanaman rosela relatif tahan kekeringan. Namun untuk hasil yang lebih baik, diberikan pengairan pada saat tidak ada hujan.
Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan dari sejak tanam sampai tanaman mencapai 45-60 cm, karena pada saat itu pertumbuhan gulma akan terhambat oleh kanopi tanaman rosela. Pada waktu penyiangan dapat dilakukan pembuangan cabang bawah untuk meningkatkan jumlah bunga. Selain dengan penyiangan pengendalian gulma juga dapat dilakukan dengan penggunaan mulsa plastik hitam perak.
Pengendalian hama dan penyakit
Hama utama rosella adalah nematode bintil akar (Heterodera rudicicola), sedangkan hama lainnya yang dilaporkan sering menyerang rosella adalah Dysdercus suturellus dan Aphis gossypii. Penyakit yang sering menyerang rosella adalah bercak daun (Cercospora hibisci) dan Phytophthora parasitica. Hama dan penyakit ini dapat dikendalikan dengan pemeriksaan rutin serta penyemprotan pestisida secara selektif.
Panen
Untuk panen kaliks, dilakukan 15-20 hari setelah berbunga atau 2-2.5 bulan setelah tanam. Panen kaliks dapat dilakukan secara terus menerus sampai umur tanaman mencapai 7-8 bulan.
III. Produksi Benih
Budidaya produksi benih
Budidaya untuk produksi benih rosella hampir sama seperti budidaya konsumsi, kecuali ada perlakuan isolasi jarak dan seleksi (roguing) untuk menjaga kemurnian genetik benih yang dihasilkan. Tanaman rosella termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri (self pollinated). Isolasi jarak yang digunakan sekitar 500m. Seleksi tanaman dilakukan pada fase pertumbuhan vegetatif, fase berbunga dan fase berbuah, meliputi : keseragaman pertumbuhan, bentuk daun, warna bunga, bentuk buah dan lain-lain.
Waktu panen untuk benih
Waktu pemanenan benih rosella sekitar 130 hari setelah semai, ditandai buah yang telah berwarna coklat-kering, serta biji di dalamnya telah berwarna coklat. Buah rosella dipanen dengan cara dipotong, untuk selanjutnya dikeringkan.
Pengeringan buah
Buah rosella dikeringkan di bawah sinar matahari selama ± 3 hari sambil dibalik supaya pengeringan berlangsung secara merata. Setelah dirasa cukup kering, maka dapat dilakukan prosesing benih.
Prosesing benih
Prosesing benih dilakukan dengan cara membuka buah yang telah kering dan mengeluarkan biji yang ada didalamnya. Setelah biji dibersihkan dari kotoran benih, maka segera dikemas. Hasil produksi benih biji rosella rata-rata sekitar 40 - 50 g biji per tanaman.
Pengemasan benih
Benih atau biji rosella dapat dikemas dalam kemasan kertas, namun akan lebih baik lagi jika menggunakan kemasan alumunium foil, karena sifatnya yang kedap udara. Jika memungkinkan udara yang ada dalam kemasan alumunium foil juga dikeluarkan dengan menggunakan alat penghisap (vacuum), sehingga kadar air benih awal dapat dipertahankan. Kadar air benih rosella ketika akan dikemas sebaiknya sekitar 5.0 – 8.0 %.
Penyimpanan benih
Benih yang dikemas dalam kemasan kertas harus disimpan dalam stoples kaca yang telah diberi bahan desikan, seperti : silika gel; arang; abu gosok, sehingga udara didalam stoples diharapkan tetap kering dan dapat mempertahankan kadar air benih awal. Untuk benih yang dikemas dalam kemasan alumunium foil sebaiknya juga disimpan dalam wadah stoples yang tertutup. Selanjutnya stoples disimpan di tempat yang kering dan sejuk. Jika memungkinkan dapat disimpan dalam gudang benih yang suhu dan kelembabannya dapat diatur (t = 18o C; RH = 30% ).